Jumat, 02 Desember 2016

DISIPLIN BERMEDITASI (Dikutip dari buku Tertib Rohani Richard J. Foster)

Renungan yang benar bukan merupakan tipuan psikologis, melainkan suatu anugrah teologis..Thomas Merton

Musuh kita pada zaman sekarang unggul dalam tiga hal: kebisingan, ketergesaan, dan kerumunan orang. Jika ia tetap dapat menyibukkan kita dalam banyak hal, maka ia sudah merasa puas. Dokter penyakit jiwa, C.G. Jung pernah berkata, "Ketergesaan itu bukan dari Iblis; melainkan adalah Iblis"


Jika kita berharap untuk bisa bergerak lebih jauh daripada kedangkalan budaya kita--termasuk budaya keagamaa-- kita harus bersedia untuk turun ke tempat sepi, ke alam renungan batin. dalam tulisan-tulisan mereka, semua tokoh yang terkenal dalam meditasi telah berusaha untuk membangkitkan kita pada kenyataan bahwa alam semesta ini jauh lebih besar dari apa yang kita ketahui, ada bagian-bagian kedalaman yang maha luas yang belum dijelajahi yang sama nyatanya dengan dunia fisik yang kita ketahui dengan baik. Mereka memberitahu tentang kemungkinan-kemungkinan yang mengherankan untuk memperoleh kebebasan dan hidup baru. Mereka mengajak kita untuk berpetualang, merintis daerah perbatasan dunia roh. Walaupun kedengarannya aneh bagi telinga orang masa kini, seharusnya kita tanpa merasa malu mendaftarkan diri untuk belajar dalam sekolah doa renungan ini.

Kesalahpahaman yang dapat Dimengerti

Seringkali kita dipertanyakan apakah meditasi itu bisa disebut sebagai sifat Kristen. Bukankah meditasi itu secara khusus dilakukan agama-agama Timur? Kapan saja saya berbicara kepada sebuah kelompok tentang meditasi sebagai Disiplin Kristen yang klasik, selalu ada orang yang heran. "Saya kira TM (transcendental meditation) adalah kelompok yang selalu melakukan meditasi". "Anda toh tidak akan memberikan mantera untuk kami ucapkan!"

Merupakan komentar yang menyedihkan mengenai keadaan rohani kekristenan masa kini kalau meditasi merupakan kata yang asing bagi teling orang Kristen. Mediatsi selalu merupakan bagian utama dari ibadah kristiani, persiapan penting dan tambahan bagi pelayanan doa. Tak sangsi lagi bahwa sebagian meningkatnya minat terhadap meditasi dunia Timur disebabkan karena gereja telah menghapuskan kebiasaan ini. seorang mahasiswa yang ingin mengetahui ajaran kristen mengenai meditasi pasti akan merasa sangat kecewa bila menemukan bahwa hanya ada sedikit orang sekarang ini yang dengan sungguh-sungguh melakukan doa kontemplatif (yang membangkitkan renungan) dan hampir semua karya tulis mengenai pokok ini berusia tujuh abad atau lebih. Tidak heran jika ia beralih kepada Zen (aliran agama Budha yang sangat berpengaruh di Jepang), Yoga, atau TM.

Meditasi tentu sudah tidak asing bagi para penulis Alkitab. "Menjelang senja Ishak sedang keluar untuk berjalan-jalan (bermeditasi, versi King James) di padang" (Kejadian 24:63). "Apabila aku ingat kepadaMu di tempat tidurku, merenungkan Engkau sepanjang kawal malam" (Mazmur 63:7). Orang-orang ini dekat dengn hati Tuhan. Allah berbicara kepada mereka bukan karena mereka memiliki kemampuan khusus, tetapi oleh karena mereka bersedia untuk mendengarkan Dia. Kitab Mazmur benar-benar menyanyi tentang meditasi umat Allah tentang hukum-hukum Tuhan. "Aku bangun mendahului waktu jaga malam untuk merenungkan janji Mu" (Mazmur 119:148). Mazmur yang memulai seluruh kitab Mazmur memanggil seluruh umat untuk berusaha menyamai "orang yang barbahagia" yang "kesukaannya ialah Taurat Tuhan, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam" (Mazmur 1:2)

Selama berabad-abad, para pengarang Kristen telah berbicara tentang cara mendengarkan Allah,  berkomunikasi dengan Sang Pencipta langit dan bumi, mengalami kasih dari Dia yang mengasihi dunia selama-lamanya. Para pemikir yang baik seperti Augustinus, Fransiskus dari Asisi, Francois Fenelon, Madame Guyon, Bernard dari Clairvaux, Francis de sales, Yuliana dari Norwich, Saudara Lawrence, George Fox, John Woolman Evelyn Underhill, Thomas Merton, Frank Laubach, Thomas Kelly, dan banyak lagi lainnya telah berbicara tentang jalan ini yang lebih utama.
                Alkitab mengatakan bahwa "pada hari Tuhan" Yohanes "dikuasai oleh Roh" ketika ia menerima visium yang bersifat nubuat (Wahyu 1"10). Mungkinkah Yohanes telah terlatih untuk mendengarkan dan melihat dalam suatu cara yang telah kita lupakan? R.D. Laing menulis, "Kita hidup dalam dunia sekuler....Ada nubuat dalam kitab Amos bahwa saatnya akan datang ketika akan tejadi kelaparan di negeri, bukan kelaparan akan makanan dan bukan kehausan akan air, melainkan akan mendengarkan Firman Tuhan" waktu itu telah tiba, yaitu zaman sekarang ini.
                Marilah kita memberanikan diri untuk berpihak pada tradisi Alkitab dan sekali lagi belajar cara meditasi zaman dulu (tetapi sesuai dengan masa kini). Biarlah kita bergabung bersama Pemazmur dan menyatakan, "Tetapi aku akan merenungkan titah-titahMu" (Mazmur 119: 78)
                Ada juga orang yang merasa bahwa gagasan Kristen tentang meditasi sama artinya dengan konsep meditasi yang menjadi pusat agama Timur. Dalam kenyataan kedua gagasan ini berbeda jauh sekali. Meditasi Timur merupakan upaya untuk mengosongkan pikiran; meditasi Kristen merupakan upaya mengosongkan pikiran agar dapat diisi. Dua pandangan ini amat berbeda.
                Segala macam meditasi model Timur menekankan perlunya melepaskan pikiran dari dunia. Yang dipentingkan ialah kehilangan kepribadian dan individualitas serta menyatu dengan Pikiran Kosmis. Ada kerinduan untuk terlepas dari beban dan kesedihan hidup ini dan diangkat ke dalam kebahagiaan yang pasif dan tanpa usaha di Nirwana. Identitas pribadi terhilang dalam genangan kesadaran kosmis. Pelepasan ini merupakan tujuan akhir dari agama Timur. Merupakan pelarian dari roda keberadaan manusia yang penuh sengsara. Tidak ada Allah yang dapat didekati atau pun didengar. Zen dan Yoga merupakan bentuk-bentuk populer dari pendekatan ini. Meditasi Transendental (MT) bersumber pada agama Budha juga, tetapi dalam bentuk Baratnya merupakan suatu penyimpangan. Dalam bentuk populernya, TM merupakan meditasi orang materialis. Untuk mempraktekannya saudara sama sekali tidak perlu percaya dalam dunia rohani. Meditasi jenis ini hanya merupakan metode untuk mengendalikan gelombang-gelombang otak agar bisa memperbaiki kesehatan emosional dan fisiologis. Bentuk TM yang lebih tinggi lagi melibatkan hal-hal yang bersifat rohani dan mempunyai ciri-ciri yang sama dengan semua agama Timur lainnya.
                Meditasi Kristen jauh melampaui gagasan pelepasan diri. Memang ada perluny auntuk melapaskan diri--"sabat kontemplasi" seperti dikatakan oleh Peter dari Calles seorang biarawan Benediktijn abad ke-12. Tetapi kita harus melangkah terus sampai mencapai hubungan. Melepaskan diri dari semua kekacauan yang mengelilingi kita agar dapat mempunyai hubungan yang lebih erat dengan Allah dan sesama manusia. Meditasi Kristen membawa kita kepada keutuhan batin yang perlu agar kita dapat memberi diri dengan leluasa kepada Tuhan, dan juga kepada persepsi rohani yang untuk menyerang kejahatan dalam masyarakat. Dalam hal ini, mediatasi Kristen merupakan disiplin yang paling praktis..
                Ada bahayanya jika kita berpikir hanya dari segi pelepasan diri, seperti yang Tuhan Yesus terangkan dalam cerita-Nya tentang seorang yang telah mengosongkan dirinya dari yang jahat tetapi tidak dipenuhi dengan hal-hal yang baik. "Apabila roh jahat keluar dari manusia...ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari padanya dan mereka masuk dan berdiam di situ. Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk daripada keadaannya semula" (Lukas 11:24-26)
                Beberapa orang yang menghindari meditasi oleh karena takut hal itu terlalu sulit, terlalu rumit. Mungkin lebih baik jika diserahkan kepada para ahli yang memiliki waktu lebih banyak untuk menyelidiki masalah-masalah batin. Tidak sama sekali! Orang-orang yang diakui sebagai ahli dalam bidang ini tidak pernah mengatakan bahwa jalan yang mereka tempuh itu hanya untuk beberapa orang yang istimewa saja atau tokoh-tokoh besar dalam kerohanian. Mereka akan menertawakan ide seperti itu. Mereka merasa bahwa apa yang sedang mereka lakukan itu merupakan kegiatan manusia biasa-- sama wajarnya dan sama pentingnya dengan bernapas. Mereka akan mengatakan bahwa kita tidak perlu bakat khusus atau kekuatan batin. Yang perlu kita kerjakan hanyalah mendisiplinkan dan melatih kemampuan-kemampuan yang terpendam di dalam diri kita. Setiap orang yang dapat menyadap kekuatan imajinasi dapat belajar untuk bermeditasi. Jika kita mampu untuk mendengarkan mimpi-mimpi kita, maka kita sedang mengambil langkah-langkah pertama. Thomas Merton, orang yang memahami meditasi, berkata,"Meditasi itu sebenarnya amat sederhana, tidak perlu ada banyak teknik yang rumit untuk mengajar kita bagaimana melakukannya"
                Akan tetapi agar kita tidak tersesat, kita harus mengerti bahwa pekerjaan ini tidak bersifat sembrono. Kita tidak mendatangi seorang pesuruh kosmis. Meditasi adalah suatu pekerjaan yang serius bahkan berbahaya. Yang dibutuhkan ialah pemikiran dan energi kita yang terbaik. Jangan sekali-kali melakukan meditasi untuk iseng-iseng saja atau karena orang lain juga melakukannya. Mereka yang melakukan meditasi dengan setengah hati pasti akan gagal. P.T.Rohrbach telah menuliskan, "Persiapan menyeluruh yang terbaik untuk berhasil dalam meditasi adalah keyakinan pribadi dan pentingnya meditasi itu dan ketetapan hati yang teguh untuk bertekun dalam melakukannya" seperti pekerjaan serius lainnya, tahap-tahap permulaan dalam belajar bermeditasi adalah lebih sulit; setelah kita mahir--berpengalaman---bermeditasi akan termasuk pola-pola kebiasaan yang mendarah daging. "Menanti Tuhan bukanlah bermalas-malas," kata Bernard dari Clairvaux, 'tetapi merupakan pekerjaan yang terberat dari semua pekerjaan lainnya bagi orang yang bukan ahli di bidang ini".
                Ada juga orang yang memandang  jalan bermeditasi ini sebagai tidak praktis dan sama sekali tak berkaitan dengan abad ke-20. Ada ketakutan bahwa bermeditasi akan menjadikan kita seperti tokoh yang pernah diabadikan oleh Dostoevski dalam bukunya The Brothers Karamazou-- yaitu bapak Ferapont yang asketis, seorang yang keras, berlagak suci, dan yang dengan usahanya sendiri telah melapaskan diri dari dunia, kemudian mengutuki dunia. Paling banter, meditasi semacam itu hanya akan menimbulkan sikap alami yang tak sehat yang membuat kita tidak peka terhadap penderitaan umat manusia.
                Evaluasi yang seperti itu salah sama sekali. Sebenarnya meditasi ialah satu-satunya cara yang dapat mengarahkan kembali hidup kita secara memadai sehingga kita dapat berhasil dalam menghadapi hidup ini. Thomas Merton menulis, "Meditasi tidak ada gunanya dan tidak mempunyai realitas jika tidak berakar teguh dalam hidup ini. Secara historis, tidak ada golongan yang lebih menekankan perlunya memasuki ketenangan untuk mendengarkan daripada golongan Quaker dan hasilnya adalah dampak sosial yang vital yang jauh melebihi jumlah mereka. Tokoh-tokoh di bidah kontemplasi itu sendiri adalah pria dan wanita yang aktif. Meister Eckhart menulis, "Bahkan jika seseorang sedang bersemedi seperti rasul Paulus dan mengetahui tentang seseorang yang memerlukan makanan maka lebih baik ia memberi makan kepadanya daripada terus bersemedi"
                Seringkali meditasi akan memberikan wawasan yang amat praktis, yang dapat dikatakan biasa-biasa saja. Akan datang arahan bagaimana harus berhubungan dengan istri atau suami, bagaimana menanggulangi persoalan yang peka ini atau situasi bisnis itu. Lebih dari satu kali saya telah menerima petunjuk bagaimana saya harus bersikap ketika memberi kuliah. Sangatlah indah jika suatu meditasi khusus membuat kita memasuki suasana trans (terputus dengan sekelilingnya), tetapi jauh lebih bermanfaat apabila kita diberi petunjuk dalam menghadapi masalah-masalah manusia yang lazim. Morton Kelsey telah mengatakan :

                Apa yang kita lakukan dengan hidup ini yang mengarah keluar, yaitu betapa baiknya kita memperhatikan orang lain, merupakan sebagian dari meditasi juga sama seperti apa yang kita lakukan dalam ketenangan dan yang mengarah ke dalam. Sesungguhnya meditasi kristiani mengalami korsleting bila tidak mengadakan perubahan dalam mutu kehidupan lahiriah seseorang. Mungkin keinginan bermeditasi akan berkobar-kobar untuk sementara waktu, tetapi jika tidak menghasilkan hubungan-hubungan yang lebih berharga dan lebih pengasih dengan sesama manusia atau tidak mengubah berbagai situasi di dalam dunia yang menyebabkan penderitaan manusia, maka mungkin kegiatan doa orang itu akan mengalami kegagalan"

                Mungkin kesalahpahaman yang paling umum adalah menganggap meditasi sebagai manipulasi psikologis dalam bentuk agama. Mungkin amat berguna untuk menurunkan tekanan darah atau untuk meringankan tekanan batin. Mungkin juga meditasi itu akan menolong kita dengan memberikan wawasan-wawasan yang berarti dengan menolong kita untuk berhubungan dengan pikiran bawah sadar kita. Tetapi gagasan hubungan dan persekutuan yang sesungguhnya dengan suatu lingkungan keberadaan rohani kedengarannya tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan dan sama sekali tidak masuk akal. Jika saudara merasa kita hidup dalam alam fisik semata-mata, saudara akan memandang meditasi sebagai cara terbaik untuk memperoleh gelombang alfa yang tetap dalam otak. (Justru kesan ini yang coba diproyeksikan oleh TM, yang membuatnya sangat menarik bagi manusia sekuler yang modern). Tetapi jika saudara percaya bahwa kita hidup dalam alam semesta yang diciptakan Allah yang tidak terbatas yang merindukan persekutuan kita bersama-Nya, saudara akan melihat meditasi sebagai komunikasi antara Sang Pengasih dan orang yang dikasihi. Seperti yang dikatakan Albert Agung, "Kontemplasi orang kudus dinyalakan oleh kasih oknum yang direnungkan yaitu Allah"
                Kedua konsepsi tentang meditasi ini amat bertentangan. Yang satu membatasi kita pada pengalaman manusiawi semata-mata, yang lain meluncurkan kita ke perjumpaan antara manusia dan Allah. Yang satu berbicara mengenai penjelajahan alam bawah sadar, sedang yang lain bicara tentang "perhentian di dalam Dia yang telah kita temukan, Yang mengasihi kita, Yang menarik kita kepada diri-Nya". Keduanya bisa kedengaran ada hubungan dengan agama bahkan memakai istilah-istilah agama, tetapi meditasi yang terlebih dahulu disebut tidak mungkin memberi tempat kepada realitas rohani.

                Kalau demikian, bagaimana kita bisa percaya akan dunia roh? Dengan iman yang buta? Sama sekali tidak. Realitas batin dunia rohani tersedia bagi setiap orang yang mau mencarinya. Sering saya menemukan bahwa mereka yang dengan bebas menolak dunia roh, mereka itu belum pernah meluangkan sepuluh menit pun untuk menyelidiki apakah dunia semacam itu ada atau tidak. Seperti halnya sama dengan usaha ilmiah lainnya, kita membentuk suatu hipotesa dan mengadakan percobaan untuk melihat apakah hal itu benar atau tidak. Jika percobaan pertama gagal, kita tidak lantas putus asa atau menganggap semuanya itu tipuan. Kita meneliti kembali prosedur kita, mungkin harus menyesuaikan hipotesa kita dan kemudian mencobanya kembali. Setidak-tidaknya kita harus mempunyai kejujuran untuk bertekun dalam pekerjaan ini dalam tingkat yang sama seperti yang akan kita lakukan di bidang pengetahuan lainnya. Kenyataan bahwa begitu banyak orang tidak bersedia untuk melakukan demikian itu memperlihatkan bukan kecerdasan mereka, melainkan prasangka buruk mereka........ (bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar